tag:blogger.com,1999:blog-8580779402925185712024-02-21T11:27:28.411+07:00SANTRI AL MUBAROKsantri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-74826038547912100602011-08-07T00:40:00.003+07:002011-08-07T00:42:50.219+07:00Ibnu Malik Al Andalusiy<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="text-align: justify;"><b>Ibnu Malik,</b> nama lengkapnya adalah <i>Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah ibnu Malik al-Thay,</i> lahir di Jayyan. Daerah ini sebuah kota kecil di bawah kekuasaan Andalusia (Spanyol). Pada saat itu, penduduk negeri ini sangat cinta kepada ilmu, dan mereka berpacu dalam menempuh pendidikan, bahkan berpacu pula dalam karang-mengarang buku-buku ilmiah. <span lang="ES-AR">Pada masa kecil, Ibn Malik menuntut ilmu di daerahnya, terutama belajar pada Syaikh Al-Syalaubini (w. 645 H). Setelah menginjak dewasa, ia berangkat ke Timur untuk menunaikan ibadah haji,dan diteruskan menempuh ilmu di Damaskus. Di sana ia belajar ilmu dari beberapa ulama setempat, antara lain Al-Sakhawi (w. 643 H). Dari sana berangkat lagi ke Aleppo, dan belajar ilmu kepada Syaikh Ibn Ya’isy al-Halaby (w. 643 H).</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="ES-AR">Di kawasan dua kota ini nama Ibn Malik mulai dikenal dan dikagumi oleh para ilmuan, karena cerdas dan pemikirannya jernih. Ia banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang menggambarkan teori-teori mazhab Andalusia, yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu. Teori nahwiyah semacam ini, banyak diikuti oleh murid-muridnya, seperti imam Al-Nawawi, Ibn al-Athar, Al-Mizzi, Al-Dzahabi, Al-Shairafi, dan Qadli al-Qudlat Ibn Jama’ah. Untuk menguatkan teorinya, sarjana besar kelahiran Eropa ini, senantiasa mengambil saksi (syahid) dari teks-teks Al-Qur’an. Kalau tidak didapatkan, ia menyajikan teks Al-Hadits. Kalau tidak didapatkan lagi, ia mengambil saksi dari sya’ir-sya’ir sastrawan Arab kenamaan. Semua pemikiran yang diproses melalui paradigma ini dituangkan dalam kitab-kitab karangannya, baik berbentuk nazhom (syair puitis) atau berbentuk natsar (prosa). Pada umumnya, karangan tokoh ini lebih baik dan lebih indah dari pada tokoh-tokoh pendahulunya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="ES-AR">Di antara ulama, ada yang menghimpun semua tulisannya, ternyata tulisan itu lebih banyak berbentuk nazham. Demikian tulisan Al-Sayuthi dalam kitabnya, Bughyat al-Wu’at. Di antara karangannya adalah Nazhom al-Kafiyah al-Syafiyah yang terdiri dari 2757 bait. Kitab ini menyajikan semua informasi tentang Ilmu Nahwu dan Shorof yang diikuti dengan komentar (syarah). Kemudian kitab ini diringkas menjadi seribu bait, yang kini terkenal dengan nama Alfiyah Ibn Malik. Kitab ini bisa disebut Al-Khulashah (ringkasan) karena isinya mengutip inti uraian dari Al-Kafiyah, dan bisa juga disebut Alfiyah (ribuan) karena bait syairnya terdiri dari seribu baris. Kitab ini terdiri dari delapan puluh (80) bab, dan setiap bab diisi oleh beberapa bait.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="ES-AR">Bab yang terpendek diisi oleh dua bait seperti Bab al-Ikhtishash dan bab yang terpanjang adalah Jama’ Taktsir karena diisi empat puluh dua bait. Dalam muqaddimahnya, kitab puisi yang memakai Bahar Rojaz ini disusun dengan maksud (1) menghimpun semua permasalahan nahwiyah dan shorof yang dianggap penting. (2) menerangkan hal-hal yang rumit dengan bahasa yang singkat , tetapi sanggup menghimpun kaidah yang berbeda-beda, atau dengan sebuah contoh yang bisa menggambarkan satu persyaratan yang diperlukan oleh kaidah itu.(3) membangkitkan perasaan senang bagi orang yang ingin mempelajari isinya. Semua itu terbukti, sehingga kitab ini lebih baik dari pada Kitab Alfiyah karya Ibn Mu’thi. Meskipun begitu, penulisnya tetap menghargai Ibnu Mu’thi karena tokoh ini membuka kreativitas dan lebih senior. Dalam Islam, semua junior harus menghargai seniornya, paling tidak karena dia lebih sepuh, dan menampilkan kreativitas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="ES-AR">Kitab Khulashoh yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia ini, memiliki posisi yang penting dalam perkembangan Ilmu Nahwu. Berkat kitab ini dan kitab aslinya, nama Ibn Malik menjadi popular, dan pendapatnya banyak dikutip oleh para ulama, termasuk ulama yang mengembangkan ilmu di Timur. Al-Radli, seorang cendekiawan besar ketika menyusun Syarah Al-Kafiyah karya Ibn Hajib, banyaklah mengutip dan mempopulerkan pendapat Ibn Malik. Dengan kata lain, perkembangan nahwu setelah ambruknya beberapa akademisi Abbasiyah di Baghdad, dan merosotnya para ilmuan Daulat Fathimiyah di Mesir, maka para pelajar pada umumnya mengikuti pemikiran Ibnu Malik. Sebelum kerajaan besar di Andalusia runtuh, pelajaran nahwu pada awalnya, tidak banyak diminati oleh masyarakat. Tetapi setelah lama, pelajaran ini menjadi kebutuhan dan dinamislah gerakan karang-mengarang kitab tentang ilmu yang menarik bagi kaum santri ini. Di sana beredarlah banyak karangan yang beda-beda, dari karangan yang paling singkat sampai karangan yang terurai lebar. Maksud penulisnya ingin menyebarkan ilmu ini, kepada masyarakat, dan dapat diambil manfaat oleh kaum pelajar. Dari sekian banyak itu, muncullah Ibn Malik, Ibn Hisyam, dan al-Sayuthi. Karangan mereka tentang kitab-kitab nahwu banyak menampilkan metoda baru dan banyak menyajikan trobosan baru, yang memperkaya khazanah keilmuan. Mereka tetap menampilkan khazanah keilmuan baru, meskipun banyak pula teori-teori lama yang masih dipakai. Dengan kata lain, mereka menampilkan gagasan dan kreatifitas yang baru, seolah-olah hidup mereka disiapkan untuk menjadi penerus Imam Sibawaih (Penggagas munculnya Nahwu dan Shorof, red.). Atas dasar itu, Alfiyah Ibn Malik adalah kitab yang amat banyak dibantu oleh ulama-ulama lain dengan menulis syarah (ulasan) dan hasyiyah (catatan pinggir) terhadap syarah itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="ES-AR">Dalam kitab Kasyf al-Zhunun, para ulama penulis Syarah Alfiyah berjumlah lebih dari empat puluh orang. Mereka ada yang menulis dengan panjang lebar, ada yang menulis dengan singkat (mukhtashar), dan ada pula ulama yang tulisannya belum selesai. Di sela-sela itu muncullah beberapa kreasi baru dari beberapa ulama yang memberikan catatan pinggir (hasyiyah) terhadap kitab-kitab syarah. Syarah Alfiyah yang ditulis pertama adalah buah pena putera Ibn Malik sendiri, Muhammad Badruddin (w.686 H). Syarah ini banyak mengkritik pemikiran nahwiyah yang diuraikan oleh ayahnya, seperti kritik tentang uraian maf’ul mutlaq, tanazu’ dan sifat mutasyabihat. Kritikannya itu aneh tapi putera ini yakin bahwa tulisan ayahnya perlu ditata ulang. Atas dasar itu, Badruddin mengarang bait Alfiyah tandingan dan mengambil syahid dari ayat al-Qur’an. Disitu tampak rasional juga, tetapi hampir semua ilmuan tahu bahwa tidak semua teks al-Qur’an bisa disesuaikan dengan teori-teori nahwiyah yang sudah dianggap baku oleh ulama. Kritikus yang pada masa mudanya bertempat di Ba’labak ini, sangat rasional dan cukup beralasan, hanya saja ia banyak mendukung teori-teori nahwiyah yang syadz Karena itu, penulis-penulis Syarah Alfiyah yang muncul berikutnya, seperti Ibn Hisyam, Ibn Aqil, dan Al-Asymuni, banyak meralat alur pemikiran putra Ibn Malik tadi. Meskipun begitu, Syarah Badrudin ini cukup menarik, sehingga banyak juga ulama besar yang menulis hasyiyah untuknya, seperti karya Ibn Jama’ah (w.819 H), Al-‘Ainy (w.855 H), Zakaria al-Anshariy (w.191 H), Al-Sayuthi (w.911 H), Ibn Qasim al-Abbadi (w.994 H), dan Qadli Taqiyuddin ibn Abdulqadir al-Tamimiy (w.1005 H).</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="ES-AR">Di antara penulis-penulis syarah Alfiyah lainnya, yang bisa ditampilkan dalam tulisan ini, adalah <i>Al-Muradi, Ibn Hisyam, Ibn Aqil, dan Al-Asymuni.</i></span></div><div style="text-align: justify;"><i><span lang="ES-AR">Al-Muradi</span></i><span lang="ES-AR"> (w. 749 H) menulis dua kitab syarah untuk kitab Tashil al-Fawaid dan Nazham Alfiyah, keduanya karya Ibn Malik. Meskipun syarah ini tidak popular di Indonseia, tetapi pendapat-pendapatnya banyak dikutip oleh ulama lain. Antara lain Al-Damaminy (w. 827 H) seorang sastrawan besar ketika menulis syarah Tashil al-Fawaid menjadikan karya Al-Muradi itu sebagai kitab rujukan. Begitu pula Al-Asymuni ketika menyusun Syarah Alfiyah dan Ibn Hisyam ketika menyusun Al-Mughni banyak mengutip pemikiran al-Muradi yang muridnya Abu Hayyan itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><i><span lang="ES-AR">Ibn Hisyam </span></i><span lang="ES-AR">(w.761 H) adalah ahli nahwu raksasa yang karya-karyanya banyak dikagumi oleh ulama berikutnya. Di antara karya itu Syarah Alfiyah yang bernama Audlah al-Masalik yang terkenal dengan sebutan Audlah . Dalam kitab ini ia banyak menyempurnakan definisi suatu istilah yang konsepnya telah disusun oleh Ibn Malik, seperti definisi tentang tamyiz. Ia juga banyak menertibkan kaidah-kaidah yang antara satu sama lain bertemu, seperti kaidah-kaidah dalam Bab Tashrif. Tentu saja, ia tidak hanya terpaku oleh Mazhab Andalusia, tetapi juga mengutip Mazhab Kufa, Bashrah dan semacamnya. Kitab ini cukup menarik, sehingga banyak ulama besar yang menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Al-Sayuthi, Hasyiyah Ibn Jama’ah, Ha-syiyah Putera Ibn Hisyam sendiri, Hasyiyah Al-Ainiy, Hasyiyah Al-Karkhi, Hasyiyah Al-Sa’di al-Maliki al-Makki, dan yang menarik lagi adalah catatan kaki ( ta’liq ) bagi Kitab al-Taudlih yang disusun oleh Khalid ibn Abdullah al-Azhari (w. 905 H).</span></div><div style="text-align: justify;"><i><span lang="ES-AR">Adapun Ibn Aqil</span></i><span lang="ES-AR"> (w. 769 H) adalah ulama kelahiran Aleppo dan pernah menjabat sebagai penghulu besar di Mesir. Karya tulisnya banyak, tetapi yang terkenal adalah Syarah Alfiyah. Syarah ini sangat sederhana dan mudah dicerna oleh orang-orang pemula yang ingin mempelajari Alfiyah Ibn Malik . Ia mampu menguraikan bait-bait Alfiyah secara metodologis, sehingga terungkaplah apa yang dimaksudkan oleh Ibn Malik pada umumnya. Penulis berpendapat, bahwa kitab ini adalah Syarah Alfiyah yang paling banyak beredar di pondok-pondok pesantren, dan banyak dibaca oleh kaum santri di Indonesia. Terhadap syarah ini, ulama berikutnya tampil untuk menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Ibn al-Mayyit, Hasyiyah Athiyah al-Ajhuri, Hasyiyah al-Syuja’i, dan Hasyiyah Al-Khudlariy.</span></div><div style="text-align: justify;">Syarah Alfiyah yang hebat lagi adalah Manhaj al-Salik karya Al-Asymuni (w. 929 H). <span lang="ES-AR">Syarah ini sangat kaya akan informasi, dan sumber kutipannya sangat bervariasi. Syarah ini dapat dinilai sebagai kitab nahwu yang paling sempurna, karena memasukkan berbagai pendapat mazhab dengan argumentasinya masing-masing. Dalam syarah ini, pendapat para penulis Syarah Alfiyah sebelumnya banyak dikutip dan dianalisa. Antara lain mengulas pendapat Putra Ibn Malik, Al-Muradi, Ibn Aqil, Al-Sayuthi, dan Ibn Hisyam, bahkan dikutip pula komentar Ibn Malik sendiri yang dituangkan dalam Syarah Al-Kafiyah , tetapi tidak dicantumkan dalam Alfiyah . Semua kutipan-kutipan itu diletakkan pada posisi yang tepat dan disajikan secara sistematis, sehingga para pembaca mudah menyelusuri suatu pendapat dari sumber aslinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="ES-AR">Kitab ini memiliki banyak hasyiyah juga, antara lain : Hasyiyah Hasan ibn Ali al-Mudabbighi, Hasyiyah Ahmad ibn Umar al-Asqathi, Hasyiyah al-Hifni, dan Hasyiyah al-Shabban. Dalam muqaddimah hasyiyah yang disebut akhir ini, penulisnya mencantumkan ulasan, bahwa metodanya didasarkan atas tiga unsur, yaitu (a) Karangannya akan merangkum semua pendapat ulama nahwu yang mendahului penulis, yang terurai dalam kitab-kitab syarah al-Asymuni. (b) Karangannya akan mengulas beberapa masalah yang sering menimbulkan salah faham bagi pembaca. (c) Menyajikan komentar baru yang belum ditampilkan oleh penulis hasyiyah sebelumnya. Dengan demikian, kitab ini bisa dinilai sebagai pelengkap catatan bagi orang yang ingin mempelajari teori-teori ilmu nahwu.</span></div><div style="text-align: justify;"><i><span lang="ES-AR">Ref. : A. Khozin Nasuha, Bahauddin Amyasi (pantiasuhanal-jabbar.blogspot.com ; bahauddin-amyasi.blogspot</span></i><span lang="ES-AR">.com)</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-76149822235192405052011-04-27T15:06:00.006+07:002011-04-27T15:08:18.937+07:00Imam Sibawaih<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="color: #333333; font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 13.5pt;"><a href="http://iqbal1.wordpress.com/2009/07/10/humor-masuk-surga-karena-ilmu-nahwu/" title="Link permanen: Humor Santri : Masuk Surga Karena Ilmu Nahwu"><span style="color: #333333;"><br />
</span></a></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 16.8pt;"><b><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">As-sibawaih</span></b><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;"> </span><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">yang memiliki nama asli Amr ibn Abbas adalah salah satu tokoh ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu terutama ilmu tata bahasa Arab yang dikenal dengan nama Nahwu. Beberapa hari setelah meninggalnya ulama yang dikenal sebagai orang yang tubuhnya mengeluarkan aroma buah apel ini, salah seorang sahabat beliau bermimpi bertemu dengannya yang tengah menikmati kemegahan di alamnya. Sang Sahabat melihat Imam Sibawaih sedang memakai pakaian yang sangat mewah dengan hidangan beraneka warna disekitarnya serta dikelilingi oleh beberapa bidadari rupawan di sebuah tempat yang sangat indah mempesona. Sahabat itupun bertanya kepada Imam Sibawaih, gerangan apa yang membuatnya menerima kemulyaan begitu rupa. Imam Sibawaih kemudian menceritakan pengalamannya ketika ditanya oleh malaikat di dalam kubur. Ketika malaikat sudah menanyakan pertanyaan-pertanyaan kubur yang seluruhnya dapat dijawab dengan baik, malaikat bertanya kepadanya :<br />
“Tahukah anda, perbuatan apa yang telah membuat anda bisa menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan kami tadi ?”<br />
“Apakah karena ibadah saya?” Imam Sibawaih mencoba menebak.<br />
“Bukan itu!” kata Malaikat.<br />
“Apakah karena karangan-karangan saya?”<br />
“Bukan!”<br />
”Berbagai jawaban yang diberikan oleh Imam Sibawaih tidak ada yang dibenarkan oleh Malaikat.<br />
Hingga akhirnya Imam Sibawaih menyerah karena tidak mengetahui jawaban sebenarnya.<br />
“Allah SWT telah menyelamatkan anda sehingga anda dapat menjawab pertanyaan kubur dengan baik adalah karena pendapat anda yang menyatakan bahwa yang paling ma’rifat dari semua isim ma’rifat adalah lafazh jalalah”. Kata Malaikat menerangkan. ( Ulama’ nahwu yang lain berpendapat bahwa yang paling ma’rifat dari semua isim ma’rifat adalah isim dhomir )</span></div></div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-66510012347772511062011-04-27T15:05:00.002+07:002011-04-27T15:05:37.122+07:00Kiai Bisri dan Kiai Wahab<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 22.5pt 0cm 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif"; font-size: 13.5pt;"><a href="http://aziachmad.wordpress.com/2009/02/06/kiai-bisri-dan-strategi-kiai-wahab/" title="Link permanen: Kiai Bisri dan Strategi Kiai Wahab"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><br />
</span></a></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 16.8pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">Meski sama-sama pemegang fiqih yang ketat, Kiai Wahab dan Kiai Bisri berbeda strategi penerapannya. Kiai Wahab cenderung bergaris lunak, sementara Kiai Bisri bergaris keras.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 16.8pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">Suatu hari menjelang Idul Adha seseorang datang menghadap Kiai Bisri. Dia bermaksud melaksanakan kurban dengan menyembelih seekor sapi. Namun sebelumnya dia berkonsultasi dulu dengan Kiai Bisri, apakah boleh berkurban seekor sapi untuk 8 orang? Ketentuan fiqih, 1 sapi untuk 7 orang. Padahal jumlah keluarganya ada delapan. dia ingin di akhirat nanti satu keluarga itu bisa satu kendaraan agar tidak terpencar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 16.8pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">Mendengar pertanyaan tersebut Kiai Bisri menjawab “tidak bisa”. Kurban Sapi, Kerbau atau Unta hanya berlaku untuk 7 orang. Kemudian orang itu menawar pada Kiai Bisri, “Pak Kiai, apakah tidak ada keringanan. Anak saya yang terakhir baru 3 bulan”. Dengan menjelaskan dasar hukumnya, Kiai Bisri tetap menjawab, tidak bisa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 16.8pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">Merasa tidak puas, orang itu mengadukan persoalannya kepada Kiai Wahab Hasbulloh di desa Tambak Beras. Mendengar persoalan yang diadukan orang itu Kiai Wahab, dengan ringan menjawab, “Bisa. Sapi itu bisa digunakan untuk 8 orang, Cuma karena anakmu yang terakhir itu masih kecil, maka perlu ada tambahan.” Mendengar jawaban Kiai Wahab orang itu tampak gembira.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 16.8pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">“Agar anakmu yang masih kecil itu bisa naik ke punggung Sapi, harus pakai tangga. Sampeyan sediakan seekor Kambing agar anak sampeyan bisa naik ke punggung sapi.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 16.8pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">“Ah, kalau cuma seekor Kambing saya sanggup menambah. Dua ekor pun sanggup asal kita bisa bersama-sama, Kiai.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 16.8pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10pt;">Akhirnya pada hari kurban, orang tersebut menyerahkan seekor Sapi dan seekor Kambing pada Kiai Wahab.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-69899541671721638582010-12-13T01:23:00.003+07:002010-12-13T01:27:57.854+07:00IMAM AL GHOZALI<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div style="text-align: justify;">Imam Al Ghazali, sebuah <span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span>nama <span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span>yang tidak asing di telinga kaum muslimin. Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf. Memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke seantero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya masih terasa asing. Kebanyakan kaum muslimin belum mengerti. Berikut adalah sebagian sisi kehidupannya. Sehingga setiap kaum muslimin yang mengikutinya, hendaknya mengambil hikmah dari sejarah hidup beliau.</div><div style="text-align: justify;"><b>Nama, Nasab dan Kelahiran Beliau</b></div><div style="text-align: justify;">Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, <i>Siyar A’lam Nubala’</i> 19/323 dan As Subki, <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).</div><div style="text-align: justify;">Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, <i>“Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.”</i> Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, <i>“Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya.”</i> Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.</div><div style="text-align: justify;">Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, <i>Siyar A’lam Nubala’</i> 19/326 dan As Subki, <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> 6/193 dan 194).</div><div style="text-align: justify;"><b>Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu</b></div><div style="text-align: justify;">Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, <i>“Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”</i></div><div style="text-align: justify;">Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, <i>“Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”</i></div><div style="text-align: justify;">Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, <i>“Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.”</i> (Dinukil dari <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> 6/193-194).</div><div style="text-align: justify;">Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.</div><div style="text-align: justify;">Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> 6/194).</div><div style="text-align: justify;">Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku <i>At Ta’liqat</i>. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> 6/195).</div><div style="text-align: justify;">Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, <i>Siyar A’lam Nubala’</i> 19/323 dan As Subki, <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> 6/191).</div><div style="text-align: justify;">Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan yang sangat tinggi.</div><div style="text-align: justify;"><b>Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya</b></div><div style="text-align: justify;">Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab <i>At Tahafut</i> yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab <i>Ikhwanush Shafa</i> dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, <i>“Al Ghazali dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.”</i> (<i>Majmu’ Fatawa</i> 6/54).</div><div style="text-align: justify;">Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya <i>Ihya’ Ulumuddin</i>. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, <i>“Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.”</i> (<i>Majmu’ Fatawa</i> 6/54).</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.</div><div style="text-align: justify;">Adz Dzahabi berkata, <i>“Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama. Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa.”</i> (<i>Siyar A’lam Nubala</i> 19/328).</div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, <i>“Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar’i). Oleh karena itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan, “Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu.”</i> (<i>Majmu’ Fatawa</i> 4/164).</div><div style="text-align: justify;"><b>Polemik Kejiwaan Imam Ghazali</b></div><div style="text-align: justify;">Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.</div><div style="text-align: justify;">Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab <i>Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas</i> dan kitab <i>Mahakkun Nadzar</i>. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.</div><div style="text-align: justify;">Ibnu Asakir berkata, <i>“Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi.”</i> (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam <i>Siyar A’lam Nubala</i> 6/34).</div><div style="text-align: justify;">Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, <i>“An Nidzam (Nidzam Mulk) mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu menjadi orang yang zuhud, berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi.”</i> (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam <i>Siyar A’lam Nubala</i> 6/34).</div><div style="text-align: justify;">Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.</div><div style="text-align: justify;"><b>Masa Akhir Kehidupannya</b></div><div style="text-align: justify;">Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, <i>“Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”</i></div><div style="text-align: justify;">Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, <i>“Bawa kemari kain kafan saya.”</i> Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, <i>“Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.”</i> Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam <i>Siyar A’lam Nubala</i> 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (<i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> 6/201).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Karya-Karyanya*</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">*Nama karya beliau ini diambil secara ringkas dari kitab Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asya’irah, karya Dr. Abdurrahman bin Shaleh Ali Mahmud 2/623-625, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/203-204</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Beliau seorang yang produktif menulis. Karya ilmiah beliau sangat banyak sekali. Di antara karyanya yang terkenal ialah:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pertama, dalam masalah ushuluddin dan aqidah:</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Arba’in Fi Ushuliddin</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Merupakan juz kedua dari kitab beliau <i>Jawahirul Qur’an</i>.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Qawa’idul Aqa’id</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, yang beliau satukan dengan <i>Ihya’ Ulumuddin</i> pada jilid pertama.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Al Iqtishad Fil I’tiqad</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tahafut Al Falasifah</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Berisi bantahan beliau terhadap pendapat dan pemikiran para filosof dengan menggunakan kaidah mazhab Asy’ariyah.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Faishal At Tafriqah Bainal Islam Wa Zanadiqah</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kedua, dalam ilmu ushul, fikih, filsafat, manthiq dan tasawuf, beliau memiliki karya yang sangat banyak. Secara ringkas dapat kita kutip yang terkenal, di antaranya:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(1) <i>Al Mustashfa Min Ilmil Ushul</i>. Merupakan kitab yang sangat terkenal dalam ushul fiqih. Yang sangat populer dari buku ini ialah pengantar manthiq dan pembahasan ilmu kalamnya. Dalam kitab ini Imam Ghazali membenarkan perbuatan ahli kalam yang mencampur adukkan pembahasan ushul fikih dengan pembahasan ilmu kalam dalam pernyataannya, <i>“Para ahli ushul dari kalangan ahli kalam banyak sekali memasukkan pembahasan kalam ke dalamnya (ushul fiqih) lantaran kalam telah menguasainya. Sehingga kecintaannya tersebut telah membuatnya mencampur adukkannya.”</i> Tetapi kemudian beliau berkata, <i>“Setelah kita mengetahui sikap keterlaluan mereka mencampuradukkan permasalahan ini, maka kita memandang perlu menghilangkan dari hal tersebut dalam kumpulan ini. Karena melepaskan dari sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sangatlah sukar……”</i> (Dua perkataan beliau ini dinukil dari penulis <i>Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asya’irah dari Al Mustashfa</i> hal. 17 dan 18).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Lebih jauh pernyataan beliau dalam Mukaddimah manthiqnya, <i>“Mukadimah ini bukan termasuk dari ilmu ushul. Dan juga bukan mukadimah khusus untuknya. Tetapi merupakan mukadimah semua ilmu. Maka siapa pun yang tidak memiliki hal ini, tidak dapat dipercaya pengetahuannya.”</i> (<i>Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asya’irah dari Al Mustashfa</i> hal. 19).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kemudian hal ini dibantah oleh Ibnu Shalah. beliau berkata, <i>“Ini tertolak, karena setiap orang yang akalnya sehat, maka berarti dia itu manthiqi. Lihatlah berapa banyak para imam yang sama sekali tidak mengenal ilmu manthiq!”</i> (Adz Dzahabi dalam <i>Siyar A’lam Nubala</i> 19/329). Demikianlah, karena para sahabat juga tidak mengenal ilmu manthiq. Padahal pengetahuan serta pemahamannya jauh lebih baik dari para ahli manthiq.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(2) <i>Mahakun Nadzar.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(3) <i>Mi’yarul Ilmi.</i> Kedua kitab ini berbicara tentang mantiq dan telah dicetak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(4) <i>Ma’ariful Aqliyah.</i> Kitab ini dicetak dengan tahqiq Abdulkarim Ali Utsman.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(5) <i>Misykatul Anwar</i>. Dicetak berulangkali dengan tahqiq Abul Ala Afifi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(6) <i>Al Maqshad Al Asna Fi Syarhi Asma Allah Al Husna.</i> Telah dicetak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(7) <i>Mizanul Amal.</i> Kitab ini telah diterbitkan dengan tahqiq Sulaiman Dunya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(8) <i>Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi</i>. Oleh para ulama, kitab ini diperselisihkan keabsahan dan keontetikannya sebagai karya Al Ghazali. Yang menolak penisbatan ini, diantaranya ialah Imam Ibnu Shalah dengan pernyataannya, <i>“Adapun kitab Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi, bukanlah karya beliau. Aku telah melihat transkipnya dengan khat Al Qadhi Kamaluddin Muhammad bin Abdillah Asy Syahruzuri yang menunjukkan, bahwa hal itu dipalsukan atas nama Al Ghazali. Beliau sendiri telah menolaknya dengan kitab Tahafut.”</i> (Adz Dzahabi dalam <i>Siyar A’lam Nubala</i> 19/329).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Banyak pula ulama yang menetapkan keabsahannya. Di antaranya yaitu Syaikhul Islam, menyatakan, <i>“Adapun mengenai kitab Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi, sebagian ulama mendustakan penetapan ini. Akan tetapi para pakar yang mengenalnya dan keadaannya, akan mengetahui bahwa semua ini merupakan perkataannya.”</i> (Adz Dzahabi dalam <i>Siyar A’lam Nubala</i> 19/329). Kitab ini diterbitkan terakhir dengan tahqiq Riyadh Ali Abdillah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(9) <i>Al Ajwibah Al Ghazaliyah Fil Masail Ukhrawiyah.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(10) <i>Ma’arijul Qudsi fi Madariji Ma’rifati An Nafsi.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(11) <i>Qanun At Ta’wil.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(12) <i>Fadhaih Al Bathiniyah</i> dan <i>Al Qisthas Al Mustaqim</i>. Kedua kitab ini merupakan bantahan beliau terhadap sekte batiniyah. Keduanya telah terbit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(13) <i>Iljamul Awam An Ilmil Kalam</i>. Kitab ini telah diterbitkan berulang kali dengan tahqiq Muhammad Al Mu’tashim Billah Al Baghdadi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(14) <i>Raudhatuth Thalibin Wa Umdatus Salikin</i>, diterbitkan dengan tahqiq Muhammad Bahit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(15) <i>Ar Risalah Alladuniyah.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(16) <i>Ihya’ Ulumuddin</i>. Kitab yang cukup terkenal dan menjadi salah satu rujukan sebagian kaum muslimin di Indonesia. Para ulama terdahulu telah berkomentar banyak tentang kitab ini, di antaranya:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Abu Bakar Al Thurthusi berkata, <i>“Abu Hamid telah memenuhi kitab Ihya’ dengan kedustaan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya tidak tahu ada kitab di muka bumi ini yang lebih banyak kedustaan darinya, kemudian beliau campur dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan kandungan isi Rasail Ikhwanush Shafa. Mereka adalah kaum yang memandang kenabian merupakan sesuatu yang dapat diusahakan.”</i> (Dinukil Adz Dzahabi dalam <i>Siyar A’lam Nubala</i> 19/334).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam risalahnya kepada Ibnu Mudzaffar, beliau pun menyatakan, <i>“Adapun penjelasan Anda tentang Abu Hamid, maka saya telah melihatnya dan mengajaknya berbicara. Saya mendapatkan beliau seorang yang agung dari kalangan ulama. Memiliki kecerdasan akal dan pemahaman. Beliau telah menekuni ilmu sepanjang umurnya, bahkan hampir seluruh usianya. Dia dapat memahami jalannya para ulama dan masuk ke dalam kancah para pejabat tinggi. Kemudian beliau bertasawuf, menghijrahi ilmu dan ahlinya dan menekuni ilmu yang berkenaan dengan hati dan ahli ibadah serta was-was syaitan. Sehingga beliau rusak dengan pemikiran filsafat dan Al Hallaj (pemikiran wihdatul wujud). Mulai mencela ahli fikih dan ahli kalam. Sungguh dia hampir tergelincir keluar dari agama ini. Ketika menulis Al Ihya’ beliau mulai berbicara tentang ilmu ahwal dan rumus-rumus sufiyah, padahal belum mengenal betul dan tidak memiliki keahlian tentangnya. Sehingga dia berbuat kesalahan fatal dan memenuhi kitabnya dengan hadits-hadits palsu.”</i> Imam Adz Dzahabi mengomentari perkataan ini dengan pernyataannya, <i>“Adapun di dalam kitab Ihya’ terdapat sejumlah hadits-hadits yang batil dan terdapat kebaikan padanya, seandainya tidak ada adab dan tulisan serta zuhud secara jalannya ahli hikmah dan sufi yang menyimpang.”</i> (Adz Dzahabi dalam <i>Siyar A’lam Nubala</i> 19/339-340).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Imam Subuki dalam <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> (Lihat 6/287-288) telah mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab <i>Al Ihya’</i> dan menemukan 943 hadits yang tidak diketahui sanadnya. Abul Fadhl Abdurrahim Al Iraqi mentakhrij hadits-hadits <i>Al Ihya’</i> dalam kitabnya, <i>Al Mughni An Asfari Fi Takhrij Ma Fi Al Ihya Minal Akhbar</i>. Kitab ini dicetak bersama kitab <i>Ihya Ulumuddin</i>. Beliau sandarkan setiap hadits kepada sumber rujukannya dan menjelaskan derajat keabsahannya. Didapatkan banyak dari hadits-hadits tersebut yang beliau hukumi dengan lemah dan palsu atau tidak ada asalnya dari perkataan Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Maka berhati-hatilah para penulis, khathib, pengajar dan para penceramah dalam mengambil hal-hal yang terdapat dalam kitab <i>Ihya Ulumuddin.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(17) <i>Al Munqidz Minad Dhalalah.</i> Tulisan beliau yang banyak menjelaskan sisi biografinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(18) <i>Al Wasith.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(19) <i>Al Basith.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(20) <i>Al Wajiz.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">(21) <i>Al Khulashah.</i> Keempat kitab ini adalah kitab rujukan fiqih Syafi’iyah yang beliau tulis. Imam As Subki menyebutkan 57 karya beliau dalam <i>Thabaqat Asy Syafi’iyah</i> 6/224-227.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Aqidah dan Madzhab Beliau</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam masalah fikih, beliau seorang yang bermazhab Syafi’i. Nampak dari karyanya <i>Al Wasith, Al Basith</i> dan <i>Al Wajiz</i>. Bahkan kitab beliau <i>Al Wajiz</i> termasuk buku induk dalam mazhab Syafi’i. Mendapat perhatian khusus dari para ulama Syafi’iyah. Imam Adz Dzahabi menjelaskan mazhab fikih beliau dengan pernyataannya, <i>“Syaikh Imam, Hujjatul Islam, A’jubatuz zaman, Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi Asy Syafi’i.” </i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sedangkan dalam sisi akidah, beliau sudah terkenal dan masyhur sebagai seorang yang bermazhab Asy’ariyah. Banyak membela Asy’ariyah dalam membantah Bathiniyah, para filosof serta kelompok yang menyelisihi mazhabnya. Bahkan termasuk salah satu pilar dalam mazhab tersebut. Oleh karena itu beliau menamakan kitab aqidahnya yang terkenal dengan judul <i>Al Iqtishad Fil I’tiqad</i>. Tetapi karya beliau dalam aqidah dan cara pengambilan dalilnya, hanyalah merupakan ringkasan dari karya tokoh ulama Asy’ariyah sebelum beliau (pendahulunya). Tidak memberikan sesuatu yang baru dalam mazhab Asy’ariyah. Beliau hanya memaparkan dalam bentuk baru dan cara yang cukup mudah. Keterkenalan Imam Ghazali sebagai tokoh Asy’ariyah juga dibarengi dengan kesufiannya. Beliau menjadi patokan marhalah yang sangat penting menyatunya Sufiyah ke dalam Asy’ariyah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Akan tetapi tasawuf apakah yang diyakini beliau? Memang agak sulit menentukan tasawuf beliau. Karena seringnya beliau membantah sesuatu, kemudian beliau jadikan sebagai aqidahnya. Beliau mengingkari filsafat dalam kitab Tahafut, tetapi beliau sendiri menekuni filsafat dan menyetujuinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ketika berbicara dengan Asy’ariyah tampaklah sebagai seorang Asy’ari tulen. Ketika berbicara tasawuf, dia menjadi sufi. Menunjukkan seringnya beliau berpindah-pindah dan tidak tetap dengan satu mazhab. Oleh karena itu Ibnu Rusyd mencelanya dengan mengatakan, <i>“Beliau tidak berpegang teguh dengan satu mazhab saja dalam buku-bukunya. Akan tetapi beliau menjadi Asy’ari bersama Asy’ariyah, sufi bersama sufiyah dan filosof bersama filsafat.”</i> (Lihat Mukadimah kitab <i>Bughyatul Murtad</i> hal. 110).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Adapun orang yang menelaah kitab dan karya beliau seperti <i>Misykatul Anwar, Al Ma’arif Aqliyah, Mizanul Amal, Ma’arijul Quds, Raudhatuthalibin, Al Maqshad Al Asna, Jawahirul Qur’an</i> dan <i>Al Madmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi</i>, akan mengetahui bahwa tasawuf beliau berbeda dengan tasawuf orang sebelumnya. Syaikh Dr. Abdurrahman bin Shalih Ali Mahmud menjelaskan tasawuf Al Ghazali dengan menyatakan, bahwa kunci mengenal kepribadian Al Ghazali ada dua perkara:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pertama, pendapat beliau, bahwa setiap orang memiliki tiga aqidah. Yang pertama, ditampakkan di hadapan orang awam dan yang difanatikinya. Kedua, beredar dalam ta’lim dan ceramah. Ketiga, sesuatu yang dii’tiqadi seseorang dalam dirinya. Tidak ada yang mengetahui kecuali teman yang setara pengetahuannya. Bila demikian, Al Ghazali menyembunyikan sisi khusus dan rahasia dalam aqidahnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kedua, mengumpulkan pendapat dan uraian singkat beliau yang selalu mengisyaratkan kerahasian akidahnya. Kemudian membandingkannya dengan pendapat para filosof saat beliau belum cenderung kepada filsafat Isyraqi dan tasawuf, seperti Ibnu Sina dan yang lainnya. (<i>Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asyariyah</i> 2/628).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Beliau (Syeikh Dr. Abdurrahman bin Shalih Ali Mahmud) menyimpulkan hasil penelitian dan pendapat para peneliti pemikiran Al Ghazali, bahwa tasawuf Al Ghazali dilandasi filsafat Isyraqi (Madzhab Isyraqi dalam filsafat ialah mazhab yang menyatukan pemikiran dan ajaran dalam agama-agama kuno, Yunani dan Parsi. Termasuk bagian dari filsafat Yunani dan Neo-Platoisme. Lihat <i>Al Mausu’ah Al Muyassarah Fi Al Adyan Wal Madzahibi Wal Ahzab Al Mu’ashirah</i>, karya Dr. Mani’ bin Hamad Al Juhani 2/928-929). Sebenarnya inilah yang dikembangkan beliau akibat pengaruh karya-karya Ibnu Sina dan Ikhwanush Shafa. Demikian juga dijelaskan pentahqiq kitab <i>Bughyatul Murtad</i> dalam mukadimahnya. Setelah menyimpulkan bantahan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah terhadap beliau dengan mengatakan, <i>“Bantahan Ibnu Taimiyah terhadap Al Ghazali didasarkan kejelasannya mengikuti filsafat dan terpengaruh dengan sekte Bathiniyah dalam menta’wil nash-nash, walaupun beliau membantah habis-habisan mereka, seperti dalam kitab Al Mustadzhiri. Ketika tujuan kitab ini (Bughyatul Murtad, pen) adalah untuk membantah orang yang berusaha menyatukan agama dan filsafat, maka Syaikhul Islam menjelaskan bentuk usaha tersebut pada Al Ghazali. Yang berusaha menafsirkan nash-nash dengan tafsir filsafat Isyraqi yang didasarkan atas ta’wil batin terhadap nash, sesuai dengan pokok-pokok ajaran ahli Isyraq (pengikut filsafat neo-platonisme).”</i> (Lihat Mukadimah kitab <i>Bughyatul Murtad</i> hal. 111).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tetapi perlu diketahui, bahwa pada akhir hayatnya, beliau kembali kepada ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah meninggalkan filsafat dan ilmu kalam, dengan menekuni <i>Shahih Bukhari</i> dan <i>Muslim</i>. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, <i>“Penulis Jawahirul Qur’an (Al Ghazali, pen) karena banyak meneliti perkataan para filosof dan merujuk kepada mereka, sehingga banyak mencampur pendapatnya dengan perkataan mereka. Pun beliau menolak banyak hal yang bersesuaian dengan mereka. Beliau memastikan, bahwa perkataan filosof tidak memberikan ilmu dan keyakinan. Demikian juga halnya perkataan ahli kalam. Pada akhirnya beliau menyibukkan diri meneliti Shahih Bukhari dan Muslim hingga wafatnya dalam keadaan demikian. Wallahu a’lam.”</i></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-46561409084705120612010-11-24T02:28:00.002+07:002010-11-24T02:28:48.545+07:00KETENTUAN-KETENTUAN UDHIYYAH/KURBAN<div class="MsoListParagraphCxSpFirst"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">1-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Udhiyyah / kurban </span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">adalah: hewan yang dipotong pada hari raya atau tiga hari tasyriq dengan tujuan taqorrub ( mendekatkan diri ) pada Alloh SWT</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 13pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>.</span><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">2-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Hukum melaksakanya </span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">adalah sunah muakkad bagi orang yang memiliki kekayaan yang cukup untuk membeli hewan kurban lebih dari kebutuhan yang harus dikeluarkan selama hari raya dan tasyriq (empat hari).</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">3-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Syarat hewan </span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">yang cukup</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 13pt; line-height: 115%;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> </span><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">untuk kurban adalah kambing, sapi dan kerbau yang sudah berusia dua tahun atau unta sudah umur lima tahun. Dan tidak terdapat cacat yang merusak daging seperti gudik, atau merusak kesempurnaan hewan seperti buta walau hanya sebelah mata. Husus untuk kambing domba yang berumur satu tahun atau sudah powel cukup untuk kurban.<b> </b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">4-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Waktu pelaksanaan</span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;"> kurban: setelah pelaksanaan sholat ‘Ied sampai ahir hari tasyriq</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">5-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Orang yang melaksanakan kurban harus berniyat </span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">seperti: “Saya niyat melaksanakan kurban sunah untuk diri saya sendiri liLlahi ta’ala”.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">6-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Pelaksanaan niyat:</span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;"> pada saat menyerahkan hewan kurban atau pada saat pemotongan. Bisa juga pelaksanaan niyat ini diserahkan pada orang yang menyembelih.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">7-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Orang yang kurban</span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;"> sunah menyaksikan pemotongan dan berdo’a pada saat pemotongan</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 36pt 10pt 0cm; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 13pt; line-height: 115%;">إِنَّ صَلَاتِي وَ نُسُكِي وَ مَحْيَايَ وَ مَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ بِذَالِكَ أُمِرْتُ وَ أَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" dir="RTL" style="direction: rtl; margin: 0cm 75.65pt 10pt 0cm; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiekItg7qIUI91UnLI17DuS2Qfd4RphbafmGwZLkcYbGNRajuP6YliQKbXSVTc-m41qWJ9y7nKJQfQgdFpVA-thGyvgmpL000FU1zwp8l7Za4A_6uxIuhJT_WHNL4THbuvenM94DU7MAu5c/s1600/IMG_8703.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiekItg7qIUI91UnLI17DuS2Qfd4RphbafmGwZLkcYbGNRajuP6YliQKbXSVTc-m41qWJ9y7nKJQfQgdFpVA-thGyvgmpL000FU1zwp8l7Za4A_6uxIuhJT_WHNL4THbuvenM94DU7MAu5c/s320/IMG_8703.JPG" width="320" /></a></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">8-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Pendistribusian daging</span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">: </span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Daging kurban wajib</span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;"> atau kurban <b>sunah yang diatas namakan orang lain </b>seperti anak atau keluarga yang sudah mati harus dibagikan semuanya tidak boleh ada yang disisakan dan harus diberikan pada fakir miskin tidak boleh ada yang diberikan pada orang kaya.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Sedang kurban sunah yang atas nama dirinya </span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">boleh disisakan sebagian untuk dirinya dan keluarganya dan sebagian lagi harus dibagikan dalam bentuk mentah</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">9-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Kurban wajib </span></b><span lang="IN" style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">adalah kurban nadzar atau hewan yang ditentukan oleh pemiliknya untuk dijadikan sebagai hewan kurban ( ta’yin).</span></div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-14871886065453122062010-11-24T01:59:00.001+07:002010-11-24T02:06:02.315+07:00TUNTUNAN ZAKAT<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 35.25pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 35.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -0.75pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Zakat Tijaroh ( Perdagangan )</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -0.75pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Yang dimaksud dengan tijaroh adalah perdagangan yaitu jual beli barang dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan .</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Zakat perdagangan diwajibkan bila telah genap perputarannya satu tahun (haul) dan pada akhir tahunnya mencapai satu nishob</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">nishob zakat perdagangan sama seperti emas yaitu 77,5 gram . Sehingga bilamana aset perdagangan nilainya telah mencapai harga emas tersebut wajib dikeluarkan zakatnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Besarnya harta yang dikeluarkan dalam zakat perdagangan adalah 2,5 % dari seluruh aset perdagangan (bukan hanya dari keuntungan) </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">dalam melaksanakan zakat harus disertai niat, seperti : “saya berniat mengeluarkan zakat harta perdagangan saya ”.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">waktu untuk melaksanakan niat adalah pada saat menyerahkan zakat atau saat memisahkan uang yang untuk zakat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">zakat harus diberikan dan dibagikan pada kelompok-kelompok mustahiqqin (orang-orang yang berhak) secara merata (sama nominalnya) khususnya yang ada di lingkungannya .</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Bilamana tidak mungkin dilakukan pemerataan pada semua kelompok yang ada maka minimal dibagikan pada tiga kelompok secara merata dan dari masing-masing kelompok diambil minimal tiga orang, masing-masing diberi sesuai kadar kebutuhannya (tidak harus sama)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">9.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">pelaksanaan zakat yang paling baik adalah dengan diantarkan ke rumah-rumah penerima bukan dengan mengundang mereka kerumah muzakki.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Ketentuan-ketentuan lain :</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Cara menghitung zakat perdagangan dengan ketentuan harta tersebut telah menjadi milik dalam hitungan satu tahun (haul) adalah :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">- Dihitung nilai semua stok barang dagangan yang ada.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">- Dihitung nilai semua barang dagangan yang ada ditangan orang (piutang)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">- Dihitung semua uang yang digunakan perputaran baik yang ada direkening ataupun lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">- Dari total jumlah semua itu kemudian dikeluarkan 2,5 % sebagai zakat tijaroh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -7.1pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">- Sedang aset-aset semisal tanah , pabrik, mobil, motor maupun peralatan seperti mesin tenun, mesin jahit dan sebagainya tidak termasuk harta perdagangan yang harus dihitung kecuali apabila ketika membeli sudah direncanakan untuk diperdagangkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Aset tanah bagi tuan rumah, yaitu orang yang membeli tanah untuk dijual kembali termasuk harta perdagangan yang harus dihitung sebagaimana mobil bagi pedagang mobil dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Harta yang menjadi tanggung jawab orang wajib zakat tidak menghalangi keharusan membayar zakat. Sebagaimana harta yang masih dalam tanggung jawab orang lain juga harus dikeluarkan zakatnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Uang tabungan yang tidah untuk perdagangan apabila sudah mencapai satu nishob maka juga harus dikeluarkan zakatnya menurut ulama’ yang menyamakan kedudukan uang dengan emas dan perak dalam kontek sekarang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Adapun uang yang dihasilkan dari profesi seperti konsultan, dokter dan sebagainya bilamana dikeluarkan zakatnya maka masuk kategori <i>zakat mal mustafad</i> yang ketentuannya sebagaimana zakat tijaroh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Cara mengeluarkan zakat bias dibagikan sendiri kepada para mustahiq dan diwakilkan pada orang lain seperti panitia atau lembaga yang ditunjuk pemerintah (amil zakat)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Panitia zakat tidak bisa dikategorikan sebagai mustahiq (amil) kecuali apabila melalui SK dari instansi pemerintah yang memiliki kewenangan . status panitia tidak lebih sebagai wakil dari muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) untuk menyalurkan zakatnya pada mustahiq.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Zakat perdagangan harus dikeluarkan dalam bentuk uang tidak boleh dengan barang walaupun darijenios dagangan. Sebagaimana zakat fitrah harus dengan bahan makanan pokok tidak boleh dengan uang kecuali dengan cara membeli beras dari mustahiq (nempur)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Penerima zakat</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Kelompok-kelompok yang bias menerima zakat sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an ada delapan kelompok. Akan tetapi dari kedelapan itu yang mudah kita dapatkan di lingkungan kita hanya empat kelompok yaitu: faqir, miskin, ghorim dan sabilillah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Faqir & miskin</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> adalah orang-orang yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya . bilamana kekurangannya lebih dari 50 % kebutuhan berarti <b>faqir</b> dan bila kekurangannya tidak lebih dari 50 % berarti <b>miskin</b>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span dir="LTR"></span><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Ghorim</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> adalah orang yang menanggung hutang pada orang lain baik untuk kebutuhan pribadinya ataupun untuk kepentingan orang lain atau kepentingan umum</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></b><span dir="LTR"></span><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Sabilillah</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"> menurut penafsiran umum yang diikuti mayoritas fuqoha’ adalah orang-orang yang berperang dijalan Allah SWT. Namun demikian ada pula ulama’ yang memberikan penafsiran sabilillah secara luas yaitu sabilul khoir yang berarti orang-orang yang menegakkan agama meskipun bukan dengan jalan berperang seperti halnya <b>para guru-guru agama lembaga pendidikan dan sebagainya.</b></span></div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-47546330321774136952010-11-23T15:05:00.000+07:002010-11-23T15:05:50.447+07:00BIOGRAFI IMAM SYAFI'I<span style="color: #333333;"><b></b></span><br />
<span style="color: grey;"><br />
</span><br />
<div style="color: black;">Namanya adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’I bin As-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al Muthalib bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib. Nama panggilannya adalah Abu Abdillah. </div><div style="color: black;">Beliau dilahirkan di Gaza tahun 150 Hijriyah pada tahun dimana Imam Abu Hanifah An Nu’man meninggal. Ayahnya meninggal dalam usia muda, sehingga Muhammad bin Idris As-Syafi’I menjadi yatim dalam asuhan ibunya.</div><br />
<b>Perjalanan Mencari Ilmu</b><br />
<br />
Beliau merupakan anak yatim dan di asuh oleh ibunya yang miskin dan waktu kecil ibundanya tidak mampu untuk membayar uang pengajarannya dalam pelajaran Al Quran. Yang ketika itu kebiasaan anak-anak bangsa arab biasa dititipkan ke Kuntab untuk belajar dan menghapal Al Quran. Tetapi sang guru Muslim bin Khalid Azzanji merasa cukup senang jika Syafi’i kecil dapat mengantikan nya mengajar ketika dia kelelahan. Imam Syafi’i pada umur 7 tahun sudah hafal Alquran.<br />
Pada waktu itu ibunya tidak dapat membelikan beliau kertas tetapi beliau tidak putus asa. Sehingga beliau menulis hadist hadist yang dihapalnya di atas tulang-tulang unta.<br />
<br />
Setelah di Mekah beliau sudah menghapal quran dan ratusan hadits serta masalah-masalah yang diperdebatkan oleh ulama-ulama Mekah. Maka belai hendak ke Madinah untuk berguru pada Imam Malik bin Anas. Sebelum pergi ke madinah Imam Syafi’i kecil menghapal kitab Al Muwathta untuk menarik perhatian Imam Malik bin Anas.<br />
<br />
Pada usia 13 tahun beliau pergi ke Madinah untuk berguru kepada Imam Mailik Bin Anas. Dikarekan usia yang begitu muda dan begitu banyak hapal hadits dan masalah-masalah maka sampai-sampai Imam Malik bin Anas menyatakan bahwa ” Engkau pantas jadi qadhi atau hakim”. Kemudian pada umur 15 tahun beliau sudah dipersilakan untuk membuat fatwa oleh gurunya.<br />
<br />
Kemudian beliau ke Baghdad pada tahun 195 H, yang pada waktu itu diperintah oleh Pemerintahan Ma’mun. Beliau tinggal di Baghdad selama 2 tahun kemudian ke Mekkah dan ke Baghdad lagi pada tahun 198 H. Kemudian tinggal di Baghdad beberapa bulan. Setelah itu beliau tinggal di Mesir.<br />
<br />
Pada waktu itu Baghdad penuh dengan aliran yang lebih mengedepankan ra’yu dan para aqlaniyun. Dan merupakan salah satu kelebihan Imam Syafi’i dalam muhadhorah yang selalu mengedepankan Qalallahu Qalarrosul, selalu menyatakan dalam debatnya kepada para aqlaniyun: apakah ada dalam Al Quran seperti itu, apakah ada dalam atsar dari Rosulullah SAW dan juga contoh dari para sahabat.<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="color: black;"><b>Guru dan Murid-muridnya</b></div><div style="color: black;">Guru-guru Imam Syafi’I diantaranya: Muslim bin Khalid Az Zanji, Imam Malik bin Anas, Sufyan bin ‘Uyainah, Hatim bin Isma’il.</div><div style="color: black;">Murid-muridnya: Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi, Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid, Imam Ahmad bin Hambal, Ar Rabi’ bin Sulaiman Al Jizi.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><b>Karya-karyanya</b></div><div style="color: black;">Al Baihaqi dalam Manaqib Asy Syafi’I mengatakan bahwa Imam Syafi’I telah menghasilkan sekitar 140-an kitab, baik dalam Ushul maupun Furu’.</div><div style="color: black;">Karya-karyanya antara lain: kitab <i>Al Umm</i>, <i>As Sunan Al Ma’tsurah</i>, <i>Ar Risalah</i>,<i> Al Fiqh Al Akbar</i>.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><b>Kecerdasannya</b></div><div style="color: black;">Dihikayatkan bahwa ada sebagian ulama terkemuka di Iraq yang merasa dengki dan iri hati terhadap Imam asy-Syafi’i dan berupaya untuk menjatuhkannya. Hal ini dikarenakan keunggulan Imam asy-Syafi’i atas mereka di dalam ilmu dan hikmah, di samping karena beliau mendapatkan tempat yang khusus di hati para penuntut ilmu sehingga mereka begitu antusias menghadiri majlisnya saja dan merasa begitu puas dengan pendapat dan kapasitas keilmuannya. Karena itu, para pendengki tersebut bersepakat untuk menjatuhkan Imam asy-Syafi’i. Caranya, mereka akan mengajukan beberapa pertanyaan yang rumit dalam bentuk teka-teki untuk menguji kecerdasannya dan seberapa dalam ilmunya di hadapan sang khalifah yang baik, Harun ar-Rasyid. Khalifah memang sangat menyukai Imam asy-Syafi’i dan banyak memujinya. Setelah menyiapkan beberapa pertanyaan tersebut, para pendengki tersebut memberitahu sang khalifah perihal keinginan mereka untuk menguji Imam asy-Syafi’i. Sang khalifah pun hadir dan mendengar langsung lontaran beberapa pertanyaan tersebut yang dijawab oleh Imam asy-Syafi’i dengan begitu cerdas dan amat fasih.</div><div style="color: black;">Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata, ”Imam Asy-Syafi’i meninggal pada malam jum’at <br />
setelah maghrib. Pada waktu itu aku berada disampingnya. Jasadnya di makamkan pada <br />
hari jum’at setelah ashar, hari terakhir di bulan rajab. Ketika kami pulang dari mengiringi <br />
jenazahnya kami melihat hilal bulan sya’ban tahun 204 Hijriyah. <br />
<br />
</div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-74822625632850188612010-11-23T13:45:00.002+07:002010-11-23T15:07:34.506+07:00IMAM BUKHORI<div><table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0" hspace="0" vspace="0"><tbody>
<tr> <td align="left" style="padding: 0cm;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 46.3pt; margin-bottom: 0.0001pt; page-break-after: avoid; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Magneto; font-size: 56.5pt;">B</span></div></td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">ukhara merupakan sebuah daerah di belahan Asia Tengah. Daerah ini memang pernah menjadi jajahan negara Rusia dan dimasukkan dalam sebuah persekutuan dengan negara – negara di sekitarnya yang lebih dikenal dengan sebutan Uni Sovyet dengan faham komunisnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman dimana faham komunis tidak bisa lagi diterima oleh masyarakat maka tumbanglah kekuatan raksasa Uni Sovyet dan menjadilah negara – negara persekutuan tersebut menjadi negara – negara yang merdeka, yang memiliki kedaulatan penuh dan terlepas dari kontrol pusat Rezim Kremlin, Rusia. Dan siapa yang menyangka, bahwa dahulu pernah terlahir disana seorang manusia yang bakal menghebohkan dunia dengan kecerdasan dan kekuatan hafalannya yang luar biasa. Nama Lengkap dan Tanggal Lahir : Dia adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Ju’fi , yang lebih dikenal dengan Imam Al Bukhori penulis kitab Shahih Al Bukhari. Beliau dilahirkan pada hari Jum’at tanggal 13 Syawal th 194 Hijriah setelah shalat Jum’at di daerah Bukhoro. Oleh sebab itulah beliau dinisbahkan dengan Al Bukhari karena asal tanah kelahiran beliau adalah dari daerah Bukhoro. Kakek beliau yang bernama Bardizbah adalah berasal dari suku Persia yang menganut agama Majusi ( Penyembah Api ). Kemudian anak Bardizbah yang bernama Al Mughiroh masuk Islam, yang mengislamkannya adalah seorang yang bernama Al Yaman Al Ju’fi. Oleh karena itulah beliau juga dinisbahkan dengan Al Ju’fi. Bapak beliau yaitu Ismail meninggal, dalam keadaan beliau masih kecil. Dan beliau juga mengalami kebutaan semasa kecilnya. Namun ibunya terus menerus berdoa kepada Allah Ta’ala mengharapkan kesembuhan terhadap musibah kebutaan yang menimpa putra tercintanya. Dan Allah Ta’ala pun mengabulkan permintaan dari sang hamba yang shalehah dengan memberikan kesembuhan kepada sang putra tercinta. Maka sejak saat itu sang putra tercinta dapat menikmati indahnya karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana manusia yang lain. Perjalanan Menuntut Ilmu : Beliau mulai menghafal hadits pada usia sekitar 10 tahun dan ketika itu beliau belajar di sebuah Madrasah. Ketika usia beliau menginjak 16 tahun, beliau telah menghafal kitab – kitab karya 2 orang tokoh Tabi’ut Tabi’in yaitu Abdullah ibnul Mubarak dan Waki’ ibnul Jarrah. Pada usia tersebut pula tepatnya pada tahun 120 H, beliau bersama ibu dan saudara laki – lakinya yang bernama Ahmad pergi menunaikan Haji ke Baitullah Al Haram di Mekkah. Dan setelah selesai menunaikan haji, beliau tetap tinggal di Mekkah dalam rangka menuntut ilmu. Sementara saudara laki – lakinya yang bernama Ahmad, kembali ke tempat asalnya di Bukhara. Ketika usia beliau mencapai 18 tahun, beliau menulis kitab ” Qodhoya Shohabah wa Tabi’in ” dan kitab ” At Tarikh “. Beliau telah menuntut ilmu kepada 1080 masyaikh ( guru ) Ahlus Sunnah. Beliau telah melakukan rihlah ( perjalanan menuntut ilmu ) ke berbagai negeri seperti Balkh, Maru, Naisabur, Ray ( sekarang Teheran – Iran ), Baghdad, Basrah, Kufah, Makkah, Mesir, Syam, Hijaz dll. Guru – guru ( Masyaikh ) beliau : Telah disebutkan diatas bahwa beliau memiliki 1080 masyaikh ( guru ). Diantaranya adalah : 1. Di Negeri Balkh belajar kepada : – Maky bin Ibrahim 2. Di Negeri Maru belajar kepada : A. Abdan bin Musa B. Ali bin Hasan bin Syaqiq C. Shadaqoh bin Al Fadhal 3. Di Negeri Naisabur belajar kepada : – Yahya bin Yahya 4. Di Negeri Ray ( Teheran – Iran ) belajar kepada : – Ibrahim bin Musa 5. Di Negeri Baghdad belajar kepada : A. Muhammad bin Isa Ath Thaba’ B. Suraij bin An Nu’man C. Muhammad bin Sabiq D. ‘Affan 6. Di Negeri Basrah belajar kepada : A. Abu Ashim An Nabil B. Al Anshory C. Abdurrahman bin Hammad D. Muhammad bin ‘Ar’ur E. Hajjaj bin Minhal F. Badl bin Al Mihbar G. Abdullah bin Raja’ 7. Di Negeri Kufah belajar kepada : A. Ubaidullah bin Musa B. Abu Nu’aim C. Khalid bin Al Makhlad D. Thalq bin Ghanam E. Kholid bin Yazid Al Muqri 8. Di Negeri Mekkah belajar kepada : A. Abu Abdurrahman Al Muqri B. Khalad bin Yahya C. Hisan bin Hisan Al Bashri D. Abul Walid Ahmad bin Muhammad Al Azraqi E. Al Humaidy 9. Di Negeri Madinah belajar kepada : A. Abdul ‘Aziz Al ‘Uwaisy B. Ayyub bin Sulaiman bin Bilal C. Ismail bin Abi Uwais 10. Di Negeri Mesir belajar kepada : A. Sa’id bin Abi Maryam B. Ahmad bin Iskab C. Abdullah bin Yusuf D. Asbagh bin Al Faraj 11. Di Negeri Syam belajar kepada : A. Abul Yaman Al Hakam bin Nafi’ B. Adam bin Abi Iyas C. Ali bin ‘Ayyas D. Bisyr bin Syu’aib Dan juga para tokoh – tokoh ulama besar yang lain semisal Ishaq bin Rahuyah, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Ali bin Al Madini, Nu’aim bin Hammad, Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli dll. Murid – Murid Beliau : 1. Imam Muslim bin Al Hajjaj 2. Imam At Tirmidzi 3. Imam Ibnu Khuzaimah 4. Abu Hatim dll. Akhlak dan Ibadah beliau : Beliau pernah mengatakan :Aku berharap untuk bisa bertemu Allah. Dan aku berharap ketika nanti berada di Hari Perhitungan amalan, aku dalam keadaan tidak berbuat Ghibah ( suatu perbuatan yang menyebutkan saudaranya sesama muslim dengan apa – apa yang tidak disukainya jikalau ia mendengarnya ) kepada seorang pun. Hal ini menunjukkan akan takutnya beliau terhadap perbuatan Ghibah. Al kisah suatu hari beliau sedang melaksanakan shalat. Tiba – tiba datang seekor kumbang besar datang menyengat beliau yang sedang shalat sebanyak 17 kali sengatan. Maka tatkala selesai dari menunaikan shalatnya, dia bertanya kepada orang – orang yang ada di sekitarnya : ” tolong lihatlah ! apa yang telah membuatku sakit ini “. Maka merekapun mendapati seekor kumbang besar telah menyengat beliau sebanyak 17 sengatan dalam keadaan beliau tidak membatalkan shalatnya. Beliau berkata : Tidaklah aku letakkan sebuah hadits di kitab shahihku ini kecuali aku mandi terlebih dahulu dan shalat 2 rakaat. Wafat Beliau : Beliau mengalami fitnah yang sangat dahsyat yang dihembuskan oleh orang – orang yang merasa iri terhadap keutamaan dari Allah yang diberikan kepada beliau. Dan tidaklah beliau menginjakkan kaki ke suatu negeri kecuali penduduk negeri tersebut mengusirnya sebagai akibat dari hembusan angin fitnah yang disebarkan oleh orang – orang yang iri. Karena beliau mengalami pengusiran beberapa kali, maka beliau memilih untuk kembali ke daerah Khartanka yaitu sebuah wilayah bagian dari negeri Samarkand (sekarang menjadi ibukota negara Uzbekistan di Asia Tengah ). Beliau pergi ke daerah tersebut karena banyak dari karib kerabatnya yang tinggal di daerah tersebut. Beliau merasakan bahwa hidup ini terasa berat sekali, dan bumi yang luas terasa sempit bagi beliau. Hingga pada suatu malam tatkala beliau selesai menunaikan shalat malam ( Tahajud ), beliau berdoa kepada Allah agar diberikan jalan yang terbaik baginya. Kemudian beberapa hari setelah itu beliau mengalami sakit yang cukup keras. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui betapa berat penderitaan yang dialami oleh salah seorang hamba-Nya yang sholeh ini, maka sebagai bentuk Maha Belas Kasih Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya tersebut, beliau dipanggil oleh Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang pada hari Sabtu malam ‘Idul Fitri, pada tahun 256 Hijriah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau</div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-79119257020165187692010-10-17T10:35:00.000+07:002010-10-17T14:00:30.106+07:00Dalil dan Keutamaan Memperingati Maulid Nabi<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Salah satu tradisi yang berlaku dikalangan masyarakat NU adalah memperingati maulid Nabi dengan membaca kitab yang berisi biografi baginda Nabi dan pujian-pujian kepada beliau seperti albarzanji, simthud duror, diba’,dll. Dan ketika sampai pada penyebutan kelahiran baginda Nabi dilakukan srakal/berdiri sebagai rasa ta'dzim dan hormat kita pada beliau disertai pembacaan sholawat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Ada sebagian golongan yang menganggap hal tersebut sebagai bid’ah yang dilarang oleh agama. Anggapan seperti itu merupakan salah satu kebodohan yang tidak mempunyai dasar yang kuat. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Tradisi peringatan maulid seperti diatas memang merupakan bid’ah karena baginda Nabi dan para shahabat tidak pernah melakukannya tapi termasuk bid’ah hasanah, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengagungkan beliau dan sebagai wujud kesenangan kita atas kelahiran beliu. Apalagi didalamnya juga ada pembacaan sholawat kepada beliau yang jelas-jelas diperintahkan oleh Allah.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IN">Imam ibnu hajar al asqolani mengambil istinbat dasar peringatan maulid dari hadits: yaitu ketika nabi ke madinah beliau mendapati orang-orang yahudi berpuasa pada hari asyuro’, kemudian baginda Nabi bertanya: kenapa pada hari ini kalian berpuasa? </span><span lang="SV">Mereka menjawab: pada hari asyura’ fir’aun ditenggelamkan dan nabi Musa diselamatkan, oleh karena itu kami puasa sebagai rasa syukur kami.lalu baginda Nabi bersabda: kami lebih berhak atas Musa. Lalu rasul menganjurkan kepada kita untuk puasa pada hari asyuro’ dan satu hari sebelum atau sesudahnya agar tidak menyamai orang yahudi.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Dan dari cerita sayyidina al abbas bahwa beliau bermimpi melihat paman Nabi yang bernama abu lahab dineraka setiap hari senin diringankan azabnya, ia bisa minum air dari ibu jarinya sebab ia merasa senang dengan kelahiran baginda Nabi sehingga ia memerdekakan budaknya yang bernama tsuaibah yang telah memberi kabar kelahiran baginda Nabi . </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="IN">Yang mengadakan peringatan Maulid Nabi secara meriah pertama kali adalah raja Al Mudzhofar. </span><span lang="SV">Diceritakan bahwa untuk mengadakan peringatan tersebut disembelih lima ribu ekor kambing, sepuluh ribu ekor ayam, dan menghabiskan 300 ribu dinar. Dan beliau memberikan hadiah sebanyak 1000 dinar kepada ibnu dihyah yang telah mengarang sebuah kitab maulid yang diberi judul </span><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic";">التنوير في مولد البشير النذير</span></b><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="LTR"></span><span lang="SV"><span dir="LTR"></span>. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Pada zaman khalifah Harun Ar<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span>Rasyid ada seorang pemuda yang tinggal di kota Bashroh, para penduduk tidak suka dengan dia karena kelakuanya yang jelek. Tapi setiap datang bulan robi’ul awwal ia mencuci pakaiannya, berhias dan mengadakan walimah untuk pembacaan maulid Nabi. Ketika ia meninggal ada suara tanpa rupa yang mengatakan: hai penduduk bashroh hadirilah dan saksikanlah jenazah waliyullah</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><br />
</div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-858077940292518571.post-90165044478384751102010-10-02T22:17:00.001+07:002010-11-23T16:12:44.197+07:00MATA LALAT<div class="ayetler"><br />
</div><span lang="id">Sebuah perangkat opti</span>k<span lang="id"> murah yang terilhami rancangan pada mata lalat membuka pintu bagi pengembangan peralatan-peralatan</span> pencitraan baru di dunia kedokteran <i>(medical imaging device)</i><span lang="id">. </span> <br />
<span lang="id">Manfaat dari penggunaan perangkat pencitraan magnetis dalam </span> pemeriksaan<span lang="id"> dan pengobatan di dunia kedokteran tidaklah diragukan. Para ilmuwan Israel kini </span> tengah<span lang="id"> mengembangkan perangkat baru di bidang ini. Mereka berharap bahwa alat ini, yang masih dalam tahap pengembangan, akan memberikan lebih banyak keuntungan daripada yang ada sekarang. Keuntungan ini adalah biaya yang lebih murah daripada teknologi pencitraan yang digunakan pada perangkat-perangkat yang sudah ada. Oleh karenanya, jika rencana ini telah menjadi kenyataan, masyarakat akan mendapat kesempatan untuk diperiksa kesehatannya menggunakan alat </span> pencitraan [<i>scan</i>] <span lang="id">ini</span> dengan lebih sering<span lang="id">. Mahalnya perangkat pencitraan resonansi magnetis <i>[Magnetic Resonance Imaging - MRI]</i> atau pemeriksaan dini kanker dengan menggunakan sinar-X yang bisa membahayakan</span>,<span lang="id"> dijelaskan sebagai berikut:</span><br />
Agar cahaya dapat dimanfaatkan dalam pencitraan di bidang kedokteran, foton (partikel cahaya) berjumlah sedikit yang dipancarkan obyek [bagian tubuh] yang sedang dicitrakan haruslah dapat dikenali<span lang="id">. </span> Hal ini merupakan sebuah kendala yang dimiliki alat-alat yang sudah ada. Jaringan tubuh yang menutupi obyek yang sedang dicitrakan menyebabkan terbentuknya pengotor pada gambar dengan mengaburkan cahaya<span lang="id">. </span>Dalam cara-cara yang diterapkan sekarang, permasalahan ini diatasi dengan menggunakan kamera-kamera mahal yang dilengkapi <i>shutter</i> [katup] khusus yang menyaring "pengotor" yang disebabkan oleh cahaya yang dihamburkan oleh jaringan tubuh tersebut<span lang="id">. </span> Hal ini memperbesar biaya.<br />
Peneliti<span lang="id"> Joseph Rosen </span> dan<span lang="id"> David Abookasis </span>dari Universitas<span lang="id"> Ben-Gurion </span> di<span lang="id"> Israel </span>kini telah menemukan sebuah cara baru<span lang="id">. </span> Para ilmuwan mengumpulkan sejumlah gambar dari obyek yang sedang dicitrakan dan menggabungkan gambar-gambar ini sedemikian rupa untuk menghasilkan satu gambar bagus dari obyek tersebut. Jadi, mereka mendapatkan sebuah gambar hasil rata-rata dari gambar-gambar tersebut, dan cahaya yang dihamburkan oleh jaringan tubuh, yakni "pengotor" pada gambar, dapat dihilangkan<span lang="id">. </span> Penggabungan ini merupakan sebuah pemecahan masalah nyata terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada peralatan-peralatan yang sudah ada<span lang="id">. </span> Akan tetapi, rancangan yang menjadi ilham dari <span lang="de">pemecahan masalah melalui cara penggabungan </span>[<span lang="de">gambar</span>]<span lang="de"> </span>ini bukanlah alat buatan manusia<span lang="id">. </span> Dalam mencari pemecahan masalah ini, para ilmuwan tersebut terilhami oleh "mata majemuk" yang digunakan oleh lalat selama ratusan juta tahun. Bahkan, judul yang mereka berikan pada penelitian mereka adalah <i><span lang="id"> "Seeing through biological tissues using the fly eye principle</span>" </i>[Melihat Dengan Menembus Jaringan Hidup Berdasarkan Prinsip Mata Lalat]<span lang="id">.<a href="http://www.harunyahya.com/indo/artikel/081.htm#dipnot">(1)</a></span><br />
Mengambil rancangan pada mata lalat sebagai titik awal mereka, para ilmuwan ini mempersiapkan serangkaian mikrolensa yang terdiri dari 132 buah lensa berukuran amat kecil<span lang="id">. </span> Untuk menguji gagasan mereka<span lang="id">, </span> para peneliti tersebut mengambil dua potong [daging] dada ayam dan menyelipkan sepotong tulang sayap di antara keduanya<span lang="id">. </span>Mereka lalu menyoroti salah satu sisi dari daging itu dengan laser berkekuatan cahaya lemah dan meletakkan serangkaian mikrolensa pada sisi yang lainnya<span lang="id">.</span> Gambar-gambar yang ditangkap mikrolensa diteruskan ke kamera digital dengan lensa biasa. Komputer lalu menghilangkan sebagian besar dari pengotor yang dihasilkan oleh cahaya yang terhamburkan, sehingga menghasilkan sebuah gambar yang lebih jelas dari tulang sayap yang tertutupi [dada ayam]<span lang="id">.</span><br />
<blockquote><span lang="id">"</span>Mikrolensa yang lebih banyak dan penyempurnaan-penyempurnaan lain<span lang="id"> </span>seharusnya dapat meningkatkan ketajaman gambar<span lang="id">,' </span>kata <span lang="id">Rosen. '</span>Dengan pendanaan untuk mengembangkannya lebih lanjut<span lang="id">, </span> perangkat kami mungkin dalam waktu setahun dapat melihat tulang-tulang di dalam telapak tangan, atau akar sepotong gigi<span lang="id">.' "</span></blockquote><span lang="id">Rosen </span> menyatakan bahwa peralatan ini<span lang="id">, </span> yang bekerja berdasarkan prinsip mata lalat<span lang="id">, </span> begitu menjanjikan<span lang="id">, </span> dan memunculkan kabar gembira bahwa dengan penggunaan alat ini, endoskop yang tidak nyaman atau <span lang="id"> "</span>kamera <span lang="id">pil" </span> yang harus ditelan dalam pencitraan perut <i>(<span lang="id">abdomen scans</span>)<span lang="id"> </span> </i>akan menjadi peninggalan masa lalu<span lang="id">. </span> <br />
<div class="baslik2bordo">Rancangan Mata Lalat</div>Seekor lalat yang bergerak melintasi udara sungguh luar biasa lincah. Lalat dapat mengubah arah terbangnya dalam sekejap ketika mengetahui adanya gerakan sangat lemah yang diarahkan kepadanya<span lang="id">. </span>Lalat dapat memilih untuk mendarat pada lantai<span lang="id">, </span> dinding atau langit-langit sebuah ruangan<span lang="id">. </span>Kenyataan bahwa lalat memiliki sebuah perangkat penglihatan amat hebat sangatlah penting dalam hal ini<span lang="id">. </span> Penelitian lebih dekat pada lalat dengan segera memunculkan penjelasan tentang sebab ketangkasan [terbang] ini<span lang="id">. </span>Mata lalat memiliki rancangan yang dikenal sebagai <span lang="id">"</span>mata majemuk<span lang="id">"</span> dan<span lang="id"> </span> yang memungkinkannya melihat melalui lensa [mata] yang berjumlah banyak dan pada sudut pandang yang lebar<span lang="id">.</span><br />
<table align="left" border="0" cellspacing="5"><tbody>
<tr> <td height="271"><span lang="id"><img src="http://www.harunyahya.com/indo/artikel/images_artikel/sinekgozu.jpg" /><br />
<span class="boxtext"><span style="font-size: xx-small;">Penampakan mata lalat di bawah elektron mikroskop</span>.</span></span></td> </tr>
</tbody> </table>Sebuah mata majemuk lalat tersusun atas satuan optik berjumlah sangat banyak<span lang="id">, </span> masing-masing dengan lensa optiknya sendiri<span lang="id">, </span>dan menghasilkan sejumlah besar gambar<span lang="id">. </span> Rangkaian saraf dari setiap satuan optik mengambil hasil rata-rata dari gambar y<span style="background-color: white;">ang </span><span style="background-color: white;">ada</span><span style="background-color: white;">, sehingga dihasilkanlah sebuah bayangan gambar yang lebih jelas daripada latar belakang yang dipenuhi pengotor</span><span lang="id" style="background-color: white;">.</span><span lang="id" style="background-color: white;"> </span><span style="background-color: white;"> Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. </span>Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia<span lang="id">.<a href="http://www.harunyahya.com/indo/artikel/081.htm#dipnot"></a> </span> Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita<span lang="id">. </span> Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghidar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap<span lang="id">.</span><br />
Mata majemuk lalat merupakan alat tubuh terpenting yang memainkan peran dalam sistem penglihatan, sebuah fungsi teramat penting dalam kelangsungan hidup binatang tersebut<span lang="id">.</span> Ketika alat tubuh ini diteliti, akan kita saksikan lensa-lensa, yang secara khusus menghamburkan cahaya, membentuk permukaan cekung yang memberikan ruang penglihatan yang luas dan memusatkan bayangan [gambar yang terbentuk] pada satu titik pusat. Sisi-sisi satuan optik <i>[optical unit]</i> pada permukaan tersebut berbentuk segienam (heksagonal). Berkat bentuk segienam ini, satuan-satuan optik itu satu sama lain terpasang rapat. Dengan cara ini, celah-celah kosong yang tidak diinginkan -- yang muncul jika bentuk geometris lain digunakan -- tidaklah terbentuk<span lang="id">;</span> dengan demikian penggunaan paling menguntungkan dari luasan yang ada<span lang="id"> </span>telah diterapkan<span lang="id">. </span>Meskipun berkas-berkas cahaya yang berasal dari sejumlah besar lensa diperkirakan akan menghasilkan sebuah bayangan gambar yang kacau<span lang="id">, </span> ini tidak pernah terjadi, dan lalat dapat melihat sebuah ruang penglihatan yang luas dalam satu bayangan gambar<span lang="id">. </span><br />
Terdapat rancangan unggul pada mata lalat<span lang="id">. </span> Prinsip teknik ini, yang telah digunakan oleh manusia sejak beberapa ratus tahun lalu, telah ada pada lalat selama sekitar <span lang="id">390 </span> juta tahun<span lang="id">. </span>Pengkajian yang lebih umum pada sejarah alam kehidupan menunjukkan bahwa rancangan mata majemuk (pada trilobita zaman Kambrium<span lang="id">)</span> berasal sejak kurang lebih <span lang="id">530 </span>juta tahun yang lalu.<br />
Lalat telah memiliki struktur mata ini sejak saat binatang ini muncul menjadi ada.<br />
<div class="baslik2">SIAPAKAH PEMILIK RANCANGAN PADA MATA LALAT<span lang="id">?</span></div>Pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut<span lang="id">: </span> para ilmuwan meniru rancangan pada mata lalat dalam mengembangkan peralatan mereka<span lang="id">. </span> Kenyataan bahwa mata lalat digunakan sebagai sumber ilham dalam teknologi <span lang="id"> modern </span>merupakan pertanda jelas akan rancangannya yang unggul<span lang="id">. </span> Beragam bagian penyusun mata tersebut dapat dipahami sebagai sesuatu yang telah dirancang untuk satu tujuan tertentu. Lalu bagaimanakah lalat mendapatkan rancangan ini<span lang="id">? </span> Siapakah yang menyusun seluruh unsur-unsur pembentuk tersebut sedemikian rupa dan membentuk mata lalat<span lang="id">?</span><br />
Seluruh penataan pada mata lalat memperlihatkan bahwa rancangan ini diberikan pada serangga tersebut oleh Dzat yang memiliki kecerdasan tanpa tanding. Tidak ada keraguan, Allah Yang Mahakuasa-lah, Penguasa seluruh alam, Yang menciptakan lalat beserta sistem penglihatan sempurna ini<span lang="id">. </span> Penciptaan luar biasa pada lalat merupakan sebuah isyarat kekuasaan Allah yang tanpa batas<span lang="id">. </span> <br />
Dalam sebuah ayat al Qur'an Allah mewahyukan<span lang="id">:</span><br />
<div class="AyetBoldAlnti">Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. <span lang="id">(Q</span>S. Al Hajj<span lang="id">, 22:73)</span></div>santri almubarokhttp://www.blogger.com/profile/12974071935238815724noreply@blogger.com0