Recent Posts

Minggu, 17 Oktober 2010

Dalil dan Keutamaan Memperingati Maulid Nabi

Salah satu tradisi yang berlaku dikalangan masyarakat NU adalah memperingati maulid Nabi dengan membaca kitab yang berisi biografi baginda Nabi dan pujian-pujian kepada beliau seperti albarzanji, simthud duror, diba’,dll. Dan ketika sampai pada penyebutan kelahiran baginda Nabi dilakukan srakal/berdiri  sebagai rasa ta'dzim dan hormat kita pada beliau disertai pembacaan sholawat.
Ada sebagian golongan yang menganggap hal tersebut sebagai bid’ah yang dilarang oleh agama. Anggapan seperti itu merupakan salah satu kebodohan yang tidak mempunyai dasar yang kuat.
Tradisi peringatan maulid seperti diatas memang merupakan bid’ah karena baginda Nabi dan para shahabat tidak pernah melakukannya tapi termasuk bid’ah hasanah, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengagungkan beliau dan sebagai wujud kesenangan kita atas kelahiran beliu. Apalagi didalamnya juga ada pembacaan sholawat kepada beliau yang jelas-jelas diperintahkan oleh Allah.

Imam ibnu hajar al asqolani mengambil istinbat dasar peringatan maulid dari hadits: yaitu ketika nabi ke madinah beliau mendapati orang-orang yahudi berpuasa pada hari asyuro’, kemudian baginda Nabi bertanya: kenapa pada hari ini kalian berpuasa? Mereka menjawab: pada hari asyura’ fir’aun ditenggelamkan dan nabi Musa diselamatkan, oleh karena itu kami puasa sebagai rasa syukur kami.lalu baginda Nabi bersabda: kami lebih berhak atas Musa. Lalu rasul menganjurkan kepada kita untuk puasa pada hari asyuro’ dan satu hari sebelum atau sesudahnya agar tidak menyamai orang yahudi.
Dan dari cerita sayyidina al abbas bahwa beliau bermimpi melihat paman Nabi yang bernama abu lahab dineraka setiap hari senin  diringankan azabnya, ia bisa minum air dari ibu jarinya sebab ia merasa senang dengan kelahiran baginda Nabi sehingga ia    memerdekakan budaknya yang bernama tsuaibah yang telah memberi kabar kelahiran baginda Nabi .
Yang mengadakan peringatan Maulid Nabi secara meriah pertama kali adalah raja Al Mudzhofar. Diceritakan bahwa untuk mengadakan peringatan tersebut disembelih lima ribu ekor kambing, sepuluh ribu ekor ayam, dan menghabiskan 300 ribu dinar. Dan beliau memberikan hadiah sebanyak 1000 dinar kepada ibnu dihyah yang telah mengarang sebuah kitab maulid yang diberi judul  التنوير في مولد البشير النذير .
Pada zaman  khalifah Harun Ar Rasyid ada seorang pemuda yang tinggal di kota Bashroh, para penduduk tidak suka dengan dia karena kelakuanya yang jelek. Tapi setiap datang bulan robi’ul awwal ia mencuci pakaiannya, berhias dan mengadakan walimah untuk pembacaan maulid Nabi. Ketika ia meninggal ada suara tanpa rupa yang mengatakan: hai penduduk bashroh hadirilah dan saksikanlah jenazah waliyullah

0 komentar:

Posting Komentar